Tanaman garut merupakan terna (tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu) tegak, berakar dangkal, dengan rimpang yang dapat menembus tanah. Rimpang berbentuk silinder, berdaging, berwarna putih atau kemerahan. Umumnya garut ditanam pada ladang yang tidak diusahakan petani di pinggir hutan. Budidaya garut yang cukup intensif dilakukan petani di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Memiliki nama latin Marantha arundinaceae L, tanaman ini dapat dijumpai di berbagai daerah seperti pulau Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Nama lokal garut cukup beragam, di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dikenal dengan “garut”, di Madura “selarut atau laru”, di Ternate “Huda Sula”, dan di Gorontalo “Labia Walanta”.
Tiap 100 gram umbi garut mengandung air 69,0-72,0%, pati 19,4-21,7%, protein kasar 1,0-2,2%, lemak 0,1% serat kasar 0,6-1,3%, dan abu 1,3-4,0%. Kandungan karbohidrat dalam bentuk pati (starch) yang cukup tinggi dapat menjadi sumber karbohidrat alternatif. Pati garut (dari jenis yang ditanam di Indonesia) mudah dicerna sehingga dapat diformulasikan untuk pangan yang dapat dikonsumsi oleh manula maupun balita.
Umbi garut dapat diproses menjadi makanan ringan maupun produk setengah jadi berupa tepung pati. Emping garut merupakan salah satu jenis makanan ringan yang dapat dibuat dari umbi garut terutama dari bagian tengah umbinya. Produk olahan setengah jadi lainnya adalah pati. Pemanfaatan tepung pati maupun tepung garut antara lain sebagai bahan baku pembuatan kue, bahan pengisi nugget, prebiotic pembuatan yoghurt, campuran roti tawar, campuran pembuatan beras analog, dan lainnya
Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen) Ir. Rudy Tjahjohutomo,MT, mengakui banyak yang menilai bahan pangan lokal, termasuk umbi-umbian sebagai pangan inferior. Sebab, pangan lokal tersebut diolah secara tradisional, kurang sehat dan terkesan kampungan.
Padahal menurut Rudy, di dalam pangan lokal tersebut tersimpan khasiat yang dahsyat dan aman dikonsumsi siapa pun. Sebagai salah satu kekayaan alam dan banyak ditanam di lingkungan masyarakat Indonesia potensi pengembangan pangan local sangat besar. Meski selama ini produk olahan pangan local tersebut dibuat sekala industri rumah tangga, tapi dengan sentuhan teknologi dapat bersaing dan layak ekspor. []
Sumber: http://www.litbang.pertanian.go.id/
Pemerintah Provinsi Banten
Jl. Syech Nawawi Al-Bantani
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B)
Kec. Curug, Kota Serang, Provinsi Banten.
Telp :
(0254) 267032
Fax :
(0254) 267033
Kode Pos :
42171